Wednesday, 17 February 2016

Penyelam Sedang Melakukan Inspeksi
(Diambil dari www.longstreath.com)

Situasi dan kondisi lingkungan dasar laut tidaklah mudah diketahui secara pasti tanpa didukung ketersedian peralatan dan teknologi yang memadai. Beberapa faktor yang menyebabkan demikian adanya adalah  setiap penambahan kedalaman laut sebesar 33 feet (+10 meter) akan menyebabkan bertambahnya tekanan sebesar 1 atmosfer (14.7 Psi). Semakin dalam perairan hingga ke dasar laut maka semakin tinggi pula tekanan yang ada, dan alhasil manusia sangat memiliki keterbatasan untuk mampu menahan tekanan yang begitu besar.

Selain itu, bersamaan dengan kondisi alam seperti itu maka faktor suhu yang juga sangat dingin serta kurangnya pencahayaan di dasar laut menyebabkan jarak pandang sangat dekat, dan masih banyak lagi faktor-faktor lain yang tidak dapat dsebutkan satu per satu. Untuk mendukung pekerjaannya seperti tugas-tugas inspeksi pemipaan migas dasar laut, dikenal beberapa metode dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing sebagai berikut:

  • Metode survei dengan sistem peralatan ROV (Remote Operated Vehicle), suatu sistem kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh. Metode ini kadang digunakan oleh beberapa industri ataupun institusi untuk melakukan pengamtan atau pekerjaan di dasar laut. Industri ataupun perusahaan migas juga biasa menggunakan metode ini, namun, terdapat keterbatasan pada metode ini. Pada kendaraan ini biasa dipasang beberapa peralatan pengamatan/survey tambahan berupa kamera video bawah air, peralatan sonar berupa side scan sonar. Untuk menggunakannya, si kendaraan ini (ROV) dikontrol dari jauh dan berlalu di atas sepanjang pemipaan migas. Sepanjang pengamatannya maka side scan sonar dan video kamera bawah laut dapat mengobservasi posisi lokasi jaringan pemipaan migas di dasar laut, meskipun demikian bahwa hingga saat ini video kamera yang terpasang pada ROV ini hanya bisa mendeteksi adanya kebocoran pemipaan migas dalam skala yang besar. Selain itu juga masih memiliki sedikit keterbatasan pengamatan terhadap jaringan pemipaan migas yang tertanam di bawah lumpur atau sedimen dasar laut. Karena itu maka masih sulit diharapkan adanya informasi yang lebih detal tentang seberapa besar kebocoran yang terjadi dan seberapa besar ketebalan dinding pipa yang masih ada.

  • Metode Molche-System. Metode ini beroperasi atau bekerja dengan memanfaatkan prinsip ultrasonik atau dengan prinsip sistem aliran magnetik. Observasi yang dilakukan akan memberikan informasi tentang kerusakan pemipaan migas dan keadaan atau kondisi ketebalan pemipaan yang ada. Lagi-lagi bahwa setiap sistem tentu kadang memiliki kelemahan juga, bahwa dengan menggunakan teknologi ini punya kekurangan besar, yaitu kadang mengharuskan produksi migas harus diturunkan terlebih dulu atau bahkan kalau perlu diberhentikan pada saat melakukan obrservasi, nah ini kadang sulit karena menjadi tidak efisien dalam hal finansial. Menggunakan metode Molche-System dalam mendeteksi kerusakan pemipaan migas bawah laut hanya akan sensitif terhadap kehilangan material jaringan pemipaan yang besar sewaktu kebocoran sedang terjadi atau sesudahnya.

  • Metode pengecekan dan atau pemantauan atau pendeteksian terhadap jaringan pemipaan migas bawah laut selanjutnya adalah dengan metode system kesetimbangan massa. Metode ini juga sedikit rumit, karena ia membutuhkan banyak sensor-sensor instrumen guna mengukur parameter-parameter lingkungan antara lain tekanan, suhu air dasar laut, kerapatannya sepanjang jaringan pemipaan migas yang diamati. Bahkan dalam banyak hal juga metode ini masih tidak praktis, selain memiliki kelemahan dalam tingkat resolusi pendeteksiannya sehingga tentunya akurasi data yang diharapkan masih lemah dan tidak mampu mendeteksi kebocoran pipa migas dalam skala kecil.

Sumber:
Ilham Hasan (2011). Teknologi Inspeksi Kebocoran Jaringan Pipa “MIGAS” Bawah Laut.

No comments:

Post a Comment